Sudah tidak perlu lagi saya ceritakan berapa banyak akun instagram, facebook, twitter dan media sosial lainnya yang mengunggah screenshot nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sebelum-sebelumnya mereka tidak pernah begitu, bahkan mungkin sama sekali tidak peduli. Tetapi tiba-tiba saja muncul hasrat untuk menampilkan sisi intelek yang katanya didasari oleh kepedulian terhadap bangsa Indonesia. Tidak ada yang salah, karena baik kepedulian maupun “terlihat peduli” memang selalu dibutuhkan di negeri ini.

Menguatnya dolar selalu disejajarkan dengan melemahnya rupiah, karena hukum pairing mata uang selalu dianggap demikian. Tidak salah, karena memang masing-masing negara secara diam-diam maupun terang-terangan pasti melakukan war currency. Setiap negara tidak mau mata uangnya kalah dari mata uang negara lain khususnya dolar. Akhirnya dunia berlomba-lomba untuk menyaingi dolar. Masyarakat Indonesia telah dibentuk untuk percaya bahwa keberhasilan Pemerintah adalah ketika 1 USD setara dengan 10.000 rupiah atau kurang, semakin kurang semakin berhasil. Sebaliknya, muncul anggapan bahwa angka psikologis publik berada di level 15.000 rupiah atau lebih, jika sudah mencapai itu maka Pemerintah sudah tidak bisa ditolerir lagi, publik akan marah.

Pertanyaannya, menguatnya USD pada tahun 2018 ini apakah sedemikian buruk bagi Indonesia? Anda yang membaca ini pasti sadar bahwa kita tidak mungkin mengintervensi Trump, lalu bilang “Woy Trump, lemesin dong Dolarnya, santai aja!” Meskipun Jokowi jago naik moge dan gaul, saya yakin Jokowi gak akan berani, semua pemimpin negara di dunia juga ga akan ada yang berani! Karena ini bukan masalah berani atau tidak berani, ini masalah kedaulatan negara dalam dunia yang anarchy. Negara bebas melakukan apa saja untuk menolong dan mengembangkan dirinya sendiri (self help) tanpa peduli sakitnya negara lain. Jika anda melihat balapan Moto GP antara “The Doctor” Valentino Rossi versus “The Ant Man” Marc Marquez, apakah ketika Marquez melesat cepat lalu Rossi memintanya untuk melambat? Mereka sama-sama cepat! Hanya saja mungkin momennya Marquez sedang lebih perform daripada Rossi. Para Fans mungkin kecewa terhadap Rossi, tapi apakah ada yang berani bilang Rossi tidak cepat? Rossi hanya kalah cepat dari Marquez, dari sisanya.. Dia menang!

Kembali ke rupiah yang dianggap kalah, apakah sedemikian buruk? Jelas buruk bagi kaum oposisi. Lalu bagi rakyat? Sejauh ini mayoritas rakyat masih bisa hidup tenang, beberapa importir dan pengusaha saja yang mulai gusar karena tidak bisa memprediksi rencana bisnisnya akibat mata uang yang fluktuatif. Pemerintah Indonesia jauh-jauh hari sudah mengantisipasi kenaikan nilai dolar dengan memperkuat sektor ekonomi kerakyatan dan kewirausahaan, rakyat di pedesaan sudah banyak yang mendapat jaminan sosial dari Pemerintah. Jadi memang beberapa harga komoditas cenderung akan naik, tetapi sekolah gratis, berobat gratis, transportasi murah, pupuk murah, ekonomi pedesaan kuat, industri kreatif hebat dan sebagainya.

Hal ini juga yang biasa dilakukan oleh negara-negara di Uni Eropa (UE), khususnya menjelang kenaikan suku bunga The Fed. Mereka yakin bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan membuat nilai mata uang dolar menguat, akibatnya Euro tertekan. Meskipun demikian, Bank Sentral UE hampir jarang membalas kenaikan suku bunga AS dengan melakukan hal yang sama (menaikan suku bunga). Tetapi EU justru memperkuat sektor industri kreatif, wirausaha, meningkatkan jaminan sosial, dan memperluas usaha kecil dan menengah. Jadi, perlu diakui Indonesia bukan negara yang “panikan” dan tergopoh-gopoh seperti pegawai magang yang belum pernah menanggung beban kerja luar biasa di perusahaan atau instansi barunya. Peradaban Indonesia sudah terlatih dengan kerja keras dan pengorbanan tanpa pamrih untuk negeri, Indonesia selalu belajar dari kesalahan masa lalu khususnya pada tahun 1997-1998. Pemerintah Indonesia, bersama oposisi yang peduli, tidak akan mungkin membuat negeri ini jatuh. Sehingga rakyat tetaplah sabar dan tenang, selalu ada solusi untuk negeri yang suci ini.

Dengan demikian, jelas bahwa kontribusi rakyat dibutuhkan untuk membangun negeri dan menguatkan rupiah, minimal rakyat dapat bergotong-royong untuk mencintai produk dalam negeri, menukarkan dolarnya dengan rupiah, tidak latah membuat publik panik dan sebagainya. Dengan cara begitu maka bahan bakar Rupiah akan semakin berkualitas, dan inshaallah rupiah akan melaju kencang.

For the record, Jokowi sudah berusaha, tetapi Donald Trump memang masih terlalu kuat!

YOGASWARA P (Analis Fundamental CMG, KSI-UI)